Jumat, 29 Juni 2012
Keutamaan-keutamaan Bulan Rajab dalam Timbangan
ono bulan seng istimewa bagi umat islan salah sijine nang bulan rajab.
Keutamaan-keutamaan diBulan Rajab dalam
Timbangan
sesungguhnya Allah memberikan keutamaan kepada hari, malam dan bulan
atas yang lainnya, menurut hikmah-Nya yang sangat
menakjubkan, agar hamba selalu dan bersungguh-sungguh di jalan-jalan
kebaikan dan memperbanyak amal-amal kebaikan. Akan tetapi
golongan syetan dari sebangsa jin dan manusia selalu berusaha
untuk menghalangi manusia dari jalan yang lurus dan terang, untuk
menghalangi di antara mereka dan kebaikan. Maka syetan-syetan
itu menghiasi kepada sebagian manusia bahwa musim-musim
kebaikan dan rahmat itu adalah saat yang tepat untuk bermainmain
dan beristirahat, serta kesempatan untuk mengecap
kenikmatan.
Syetan-syetan itu selalu menggoda manusia untuk
mengerjakan perbuatan-perbuatan bid'ah di musim-musim
tertentu, yang Allah tidak pernah menurunkan hujjah atasnya.
Sama saja mereka termasuk orang yang memiliki niat baik akan
tetapi bodoh terhadap hukum-hukum agama, atau orang-orang yang
mempunyai kepentingan tertentu, yang khawatir kehilangan
posisi mereka. Hasan bin 'Athiyah berkata, 'Tidaklah suatu
kaum melakukan bid'ah dalam urusan agama, melainkan Allah
mengambil dari sunnah mereka seumpamanya dan tidak
mengembalikannya kepada mereka hingga hari kiamat.
1 Bahkan
Ayyub as-Sakhtiyani berkata, 'Tidak bertambah pelaku bid'ah
dalam berijtihad melainkan ia bertambah jauh dari Allah.
2 Barangkali di antara musim-musim bid'ah yang dominan
adalah: yang dilakukan oleh sebagian ahli ibadah di banyak
negara di bulan Rajab. Dan karena alasan inilah, maka artikel
ini akan membahas perbuatan sebagian kaum muslimin di bulan
1 Al-Hilyah 6/73
2 Al-Hilyah 3/9
2 ini, dan memaparkannya nash-nash syari'at dan perkataan para
ulama, sebagai nasehat terhadap umat dan mengingatkan mereka.
Semoga hal itu menjadi petunjuk bagi hati, membuka mata dan
telinga yang telah tenggelam di dalam kegelapan bid'ah dan
kebodohan.
Apakah bulan Rajab mempunyai kelebihan terhadap bulan bulan
yang lain?
Ibnu Hajar berkata, 'Tidak ada riwayat shahih dalam
keutamaan bulan Rajab, tidak pula pada puasanya, tidak pula
berpuasa secara tertentu padanya, tidak pula melaksanakan
shalat di malam tertentu padanya, yang bisa dijadikan hujjah.
Dan telah mendahului saya untuk memastikan hal itu Imam Abu
Ismail al-Harawi al-Hafizh. Kami meriwayatkannya darinya
dengan isnad yang shahih, demikian pula kami meriwayatkannya
dari yang lainnya.3
Dan ia berkata pula, 'Adapun hadits yang diriwayatkan
tentang keutamaan bulan Rajab, atau keutamaan puasanya, atau
puasa sebagian darinya secara nyata, maka ia terbagi dua:
dha'if (lemah) dan maudhu' (palsu). Dan kami memaparkan yang
dha'if dan kami isyaratkan kepada yang maudhu' yang bisa
dipahami.4 Dan ia mulai memaparkannya.
Shalat Ragha`ib:
Pertama: tata caranya:
Tata caranya disebutkan dalam hadits maudhu' (palsu),
dari Anas t, dari Nabi r, sesungguhnya beliau bersabda, 'Tidak
ada seseorang yang puasa di hari Kamis (hari Kamis di bulan
Rajab), kemudian shalat di antara shalat Isya dan 'atamah –
maksudnya malam Jum'at shalat dua belas (12) rekaat. Membaca
surat al-Fatihah satu kali dan surat al-Qadar tiga (3) kali
dan surah al-Ikhlas dua belas (12) kali, memisahkan di antara
3 Tabiyinul 'Ajab fima warada fi fadhli Rajab, karya Ibnu hajar hal. 6. dan lihat: as-Sunan wa al-Mubtada'at
karya asy-Syuqairi hal. 125
4 Referensi terdahulu hal. 8
3
dua rekaat dengan satu kali salam. Apabila ia selesai dari
shalatnya, ia membaca shalawat kepadaku sebanyak tujuh puluh
(70) kali. Ia membaca di dalam sujudnya sebanyak tujuh puluh
(70) kali ( سبوح قدوس رب الملائكة والروح ), kemudian ia
mengangkap kepalanya dan membaca tujuh puluh (70) kali
( رب اغفر وارحم وتجاوز عما تعلم، إنك أنت العزیز الأغظم )
kemudian ia sujud yang kedua, lalu ia membaca seperti yang
dibacanya di sujud pertama. Kemudian ia meminta kebutuhannya
kepada Allah I maka sesungguhnya ia dikabulkan. Rasulullah r
bersabda, 'Demi Zat yang diriku berada di tangan-Nya, tidak
ada seorang hamba –laki-laki dan perempuan- yang melakukan
shalat ini, melainkan Allah I mengampuni semua dosanya,
sekalipun sebanyak buih di laut, setimbang gunung, dan daun
pepohonan, dan ia memberi syafaat di hari kiamat pada tujuh
ratus (700) dari keluarganya yang sudah pasti masuk neraka.'5
Kedua: perkataan para ulama tentang hal ini:
An-Nawawi berkata: ia adalah bid'ah yang keji yang sangat
munkar, mengandung segala kemungkaran. Maka wajib
meninggalkannya dan berpaling darinya, serta mengingkari
pelakunya.6
Ibnu an-Nahhas berkata, 'Ia adalah bid'ah, hadits tentang
hal itu adalah maudhu' (palsu) berdasarkan kesepakatan para
ahli hadits.'7
Ibnu Tamiyah berkata: 'Adapun shalat ragha`ib, maka tidak
ada dasarnya. Bahkan ia adalah bid'ah, tidak disunnahkan,
tidak secara berjamaah dan tidak pula secara sendiri-sendiri.'
Dan diriwayatkan dalam shahih Muslim, sesungguhnya Nabi r
melarang menentukan shalat khusus di malam Jum'at atau
berpuasa khusus di hari Jum'at.' Dan riwayat yang disebutkan
dalam hal itu adalah dusta lagi palsu, dengan kesepakatan para
5 Lihat Ihya Ulumuddin, karya al-Ghazali 1/202, Tabyinul 'Ajab fima warada fi fadhli Rajab, hal. 22-24.
6 Fatawa al-Imam an-Nawawi hal. 57
7 Tanbihul-Ghafilin 496
4
ulama hadits. Dan tidak ada seorang salaf dan para imam yang
menyebutkan hal itu.8
Dan sesungguhnya ath-Thurthusi menjelaskan permulaan
maudhu'nya. Ia berkata, 'Abu Muhammad al-Maqdisi telah
menceritakan kepadaku. Ia berkata, 'Tidak pernah ada di sisi
kami di Baitul Maqdis yang dinamakan shalat ragha`ib, yang
dilaksanakan di bulan Rajab dan Sya'ban. Dan pertama kali
terjadi di sisi kami yaitu pada tahun empat ratus empat puluh
delapan (448 H.) Ada seorang laki-laki yang datang kepada kami
di Baitul Maqdis dari Nablus, yang dikenal dengan nama Ibnu
Abi al-Hamra. Ia baik bacaan. Ia berdiri melaksanakan shalat
di malam nishfu Sya'ban…hingga ia berkata: Adapun shalat di
bulan Rajab, maka tidak pernah terjadi di sisi kami di Baitul
Maqdis kecuali setelah tahun empat ratus delapan puluh (480
H.), dam kami tidak pernah melihat dan mendengarnya
sebelumnya.9
Ibnu al-Jauzi dalam 'al-Maudhu'aat', al-Hafizh abul-
Khaththab, dan Abu Syamah memastikan maudhu' haditsnya.10
Sebagaimana Ibnu al-Haaj dan Ibnu Rajab memastikan bid'ahnya11.
Dan disebutkan hal itu dari Abu Ismail al-Anshari, Abu Bakar
as-Sam'ani, dan Abu al-Fadhl bin Nashir12 dan yang lainnya.13
Ketiga: Hukum shalatnya untuk menarik simpati kalangan awam:
Abu Syamah berkata, 'Berapa banyak imam yang berkata
kepadaku: sesungguhnya ia tidak melaksanakan shalat kecuali
untuk memelihara simpati kalangan awam terhadap, dan berpegang
dengan masjidnya, karena takut diambil darinya. Kalau hal ini
yang melatar belakangi perbuatannya, berarti ia melaksanakan
8 Al-Fatawa karya Ibnu Taimiyah 23/132, dan lihat al-Fatawa 23/134-135.
9 Al-Hawadits wal-Bida' 103.
10 Al-Ba'its 'ala Inkaril bida' wal hawadits hal. 6761
11 Al-Madkhal 1/211
12 Lihat: Latha`iful Ma'arif, tahqiq Ustadz/ Yasin as-Sawas hal.228
13 Muqaddimah musajalah al-'Izz ibnu Abdissalam dan Ibnu ash-Shalah hal. 87
5
shalat tanpa niat yang benar dan menghinakan diri berdiri di
hadapan Allah I. Jikalau tidak ada di dalam bid'ah ini selain
alasan ini niscaya sudah cukup. Dan setiap orang yang percaya
dengan shalat ini, atau menganggapnya baik, maka ia menjadi
penyebab dalam hal itu, menipu kalangan awam dengan keyakinan
mereka darinya, dan berdusta terhadap syara' dengan sebabnya.
Wallahul-muwaffiq.
Sesungguhnya para pemuka agama dari kalangan Ahli Kitab
menolak masuk Islam karena takut kehilangan jabatan mereka, Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan
mereka sendiri, lalu dikatakannya:"Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat
dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah:79)14
Isra` dan Mi'raj:
Di antara mu'jizat terbesar yang diberikan Allah I kepada
Nabi r adalah perjalanan beliau di malam hari dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian naik ke tujuh lapis langit
dan yang di atasnya. Sesungguhnya telah tersebar di sebagian
negara perayaan memperingati Isra dan Mi'raj itu di malam dua
puluh tujuh (27) di bulan Rajab, dan tidak sah bahwa peristiwa
Isra dan Mi'raj itu terjadi pada malam tanggal tersebut. Ibnu
Hajar berkata dari Ibnu Dihyah: Sebagian tukang cerita
menyebutkan bahwa Isra itu terjadi di bulan Rajab. Ia berkata,
'Itu adalah dusta.'15 Ibnu Rajab berkata, 'Diriwayatkan dengan
isnad yang tidak shahih dari al-Qasim bin Muhammad bahwa Isra`
Nabi r terjadi pada tanggal 27 Rajab. Ibrahim al-Harbi dan
14 Al-Ba'its 'ala ingkaril bida' wal hawadits hal 105
15 Tabyidul Ajab hal 6.
6
yang lainnya mengingkari hal itu.16 Ibnu Taimiyah berkata:
'Tidak ada dalil yang diketahui, tidak tentang bulannya, tidak
tentang sepuluhnya, dan tidak pula tentang pastinya. Bahkan
semua riwayat tentang hal itu terputus dan berbeda-beda. Tidak
ada padanya yang bisa dipastikan.17 Andaikan diketahui secara
pasti terjadinya Isra dan Mi'raj niscaya tetap tidak
disyari'atkan bagi seseorang menentukan sesuatu, karena tidak
pernah diriwayatkan dari Nabi r, tidak pula diriwayatkan dari
salah seorang sahabat atau dari para tabi'in, bahwa
sesungguhnya mereka menjadikan malam Isra` mempunyai kelebihan
atas yang lainnya. Ditambah lagi adanya bid'ah dan kemungkaran
yang terdapat dalam perayaan itu.18
Menyembelih di bulan Rajab dan yang semisalnya:
Semata-mata menyembelih di bulan Rajab karena Allah I
tidak dilarang, seperti menyembelih di bulan-bulan lainnya.
Akan tetapi masyarakat jahiliyah menyembelih padanya satu
sembelihan yang mereka namakan 'atirah. Para ulama berbeda
pendapat dalam hukumnya: mayoritas ulama berpendapat bahwa
Islam telah membatalkannya, berdasarkan sabda Nabi r, seperti
dalam Shahihain, dari Abu Hurairah t:
لا فرع ولا عتيرة
"Tidak ada fara' dan tidak ada pula 'atirah.'19
Dan sebagian mereka, seperti Ibnu Sirin dan yang lainnya
berpendapat disunnahkannya berdasarkan beberapa hadits yang
menunjukkan bolehnya. Dan dijawab bahwa hadits Abu Hurairah
16 Zadul Ma'ad karya Ibnu al-Qayyim 1/275 dan Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fath al-Bari 7/242-242
perbedaan tentang waktu mi'raj, dan ia menjelaskan bahwa ada yang mengatakan bahwa ia terjadi di bulan
Rajab, dikatakan pada bulan Rabiul Akhir, dan dikatakan pada bulan Ramadhan atau Syawal. Dan persoalannya
seperti yang dikatakan Ibnu Taimiyah.
17 Lataiful Ma'arif karya Ibnu Rajab hal 233
18 Sebagian kemungkaran itu disebutkan oleh Ibnu an-Nahhas dalam Tanbihul Ghafilin hal 497, Ibnu al-Haaj
dalam al-Madkhal hal 1/211-212, dan Ali Mahfuzh dalam al-Ibda' 272.
19 Al-Bukhari hadits no.5473 dan Muslim hadits no. 1976
7
lebih kuat dan lebih shahih. Maka hadits ini yang harus
diamalkan, bukan yang lainnya. Bahkan sebagian mereka, seperti
Ibnul Munzir, berpendapat nasakh, karena terakhirnya Islam Abu
Hurairah t, dan sesungguhnya bolehnya itu di permulaan Islam,
kemudian dinasakh. Dan ini adalah yang benar.20
Al-Hasan berkata: 'Tidak ada 'atirah di dalam Islam. Ia
hanya ada di masa jahiliyah. Adalah salah seorang dari mereka
berpuasa dan menyembelih.21
Ibnu Rajab berkata: 'Menyembelih di bulan Rajab sama
seperti menjadikannya musim dan hari besar, seperti memakan
manisan dan lainnya. Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas t,
bahwasanya dia tidak suka menjadikan bulan Rajab sebagai hari
besar.'22
Menentukan bulan Rajab dengan berpuasa atau i'tikaf:
Ibnu Rajab berkata: Adapun puasa, maka tidak ada hadits
yang shahih yang menunjukkan keutamaan puasa di bulan Rajab
secara khusus dari Nabi r, dan tidak pula dari para
sahabatnya.23
Ibnu Tamiyah berkata: adapun puasa di bulan Rajab secara
khusus, maka semua haditsnya dha'if (lemah), bahkan maudhu',
tidak ada ulama yang menjadikannya sebagai pegangan. Bukan
termasuk dha'if yang diriwayatkan dalam fadha`il (keutamaan
amal ibadah), bahkan umumnya adalah hadits-hadits maudhu' yang
dusta. Ibnu Majah dalam sunannya meriwayatkan dari Ibnu Abbas
t, dari Nabi r, bahwasanya beliau melarang puasa di bulan
Rajab.' Dan pada isnadnya perlu ditinjau kembali. Akan tetapi
shahih riwayat bahwa Umar bin Khaththab t memukul tangan
manusia agar mereka meletakkan tangan pada makanan di bulan
Rajab dan berkata, 'Janganlah kamu menyerupakannya dengan
20 Lihat: Lathaiful Ma'arif hal 227, al-I'tibar linnasikh wan mansukh minal atsaar, karya al-Hazimi 388-390
21 Lathaiful Ma'arif 227
22 Lathaiful Ma'arif 227
23 Lathaiful Ma'arif 228
8
bulan Ramadhan.' Adapun menentukan beri'tikaf dalam tiga
bulan, yaitu Rajab, Sya'ban, dan Ramadhan, maka aku tidak
mengetahui perintah padanya. Bahkan setiap orang yang berpuasa
secara benar, dan ingin beri'tikaf dari puasa, niscaya
hukumnya boleh tanpa diragukan lagi. Dan jika ia beri'tikaf
tanpa berpuasa, dalam masalah ini ada dua pendapat yang
terkenal di kalangan ulama.24
Tidak adanya keutamaan berpuasa di bulan Rajab secara
khusus tidak berarti tidak adanya puasa sunnah di bulan itu
yang terdapat nash secara umum dan yang lainnya, seperti puasa
hari Senin dan Kamis, puasa tiga hari setiap bulan, puasa
sehari dan buka sehari. Sesungguhnya yang dimakruhkan adalah
seperti yang dikatakan oleh ath-Tharthusyi25 puasanya di atas
salah satu di antara tiga:
1. Apabila kaum muslimin menentukannya setiap tahun menurut
pandangan kalangan awam dan orang yang tidak mengenal
syari'at, serta menampakkan puasanya seolah-olah wajib
seperti puasa di bulan Ramadhan.
2. Meyakini bahwa puasanya adalah tsabit benar-benar ada,
yang ditentukan oleh Rasulullah r berpuasa, seperti
sunnah rawatib.
3. Meyakini bahwa berpuasa di bulan itu mempunyai keutamaan
khusus dibandingkan berpuasa di bulan lainnya, seperti
pahala puasa hari Asyura. Maka ia termasuk dalam bab
keutamaan, bukan dari bab sunnah dan fardhu. Jikalau
seperti itu, niscaya Nabi r menjelaskannya atau
melakukannya, sekalipun hanya sekali seumur hidup. Dan
manakala beliau r tidak pernah melakukannya, berarti
nyatalah tidak ada keutamaan itu.
Umrah di bulan Rajab:
24 Al-Fatawa 25/290-292
25 Al-Bida' wal hawadits hal. 110-111, dan lihat Tabyinul 'ajab karya Ibnu Hajar hal 37-38.
9
Sebagian orang berkeinginan melakukan umrah di bulan
Rajab, karena meyakini bahwa umrah di bulan itu mempunyai
kelebihan khusus. Ini tidak ada dasarnya. Al-Bukhari
meriwayatkan dari Ibnu Umar t, ia berkata, 'Sesungguhnya
Rasulullah r melaksanakan umrah sebanyak empat kali, salah
satunya di bulan Rajab.' Aisyah radhiyallahu 'anha berkata,
'Semoga Allah I memberi rahmat kepada Abu Abdirrahman, tidak
pernah Rasulullah r melaksanakan umrah kecuali ia
menyaksikannya, dan beliau r tidak pernah melaksanakan umrah
di bulan Rajab.'26
Ibnu al-Baththar berkata, 'Di antara kabar yang sampai
kepadaku dari penduduk Makkah (semoga Allah I menambahkannya
kemuliaan) kebiasaan mereka melaksanakan umrah di bulan Rajab.
Aku tidak pernah mengetahui dasar tentang hal ini.27
Syaikh bin Baz rahimahullah menegaskan28 bahwa waktu
terbaik untuk melaksanakan umrah adalah bulan Ramadhan,
berdasarkan sabda Nabi r:
26 Shahih al-Bukhari hadits 1776
27 Al-Musajalah baina al-'Izz ibnu Abdissalam dan Ibnu ash-Shalah hal 56, dan lihat Fatawa Syaikh
Muhammad bin Ibrahim hal 6/131
28 Lihat: Fatawa Islamiyah, kumpulan Ustadz/ Muhammad al-Musnid 2/303-304
10 Berumrah di bulan Ramadhan sama seperti berhaji.'
Kemudian setelah itu umrah di bulan Dzulqa'dah, karena
umrahnya Nabi r semuanya terjadi di bulan Dzulqa'dah, dan
Allah I berfiresungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik (QS. Al-Ahzab:21)
Berzakat di bulan Rajab:
Sebagian penduduk negeri terbiasa menentukan bulan Rajab
untuk mengeluarkan zakat. Ibnu Rajab berkata tentang hal itu,
'Tidak ada dasar tentang hal itu di dalam sunnah, dan tidak
dikenal dari seorang pun dari kalangan salaf.' Dalam kondisi
apapun, sesungguhnya wajib berzakat apabila telah sempurna
haul (satu tahun) serta sampai nisadnya (hitungannya). Maka
setiap orang mempunyai hitungan haul yang khusus untuknya
menurut waktu kepemilikannya terhadap nishab. Maka apabila
telah sempurna haulnya, wajiblah atasnya mengeluarkan zakatnya
di bulan apapun juga. Kemudian ia menyebutkan bolehnya
menyegerakan mengeluarkan zakat karena mengambil kesempatan
waktu yang utama, seperti bulan Ramadhan, atau mengambil
kesempatan mengeluarkan zakat kepada orang yang sangat
membutuhkan yang mungkin tidak ditemukan saat sempurna
haulnya, atau semisal yang demikian itu.29
Ibnu al-Aththar berkata, 'Dan apa yang dilakukan manusia
di masa sekarang berupa mengeluarkan zakat harta mereka di
bulan Rajab, bukan di bulan lainnya, tidak ada dasarnya.
Bahkan hukum syara' adalah wajibnya mengeluarkan zakat saat
cukup haulnya dengan syaratnya, sama saja di bulan Rajab atau
di bulan lainnya.30
29 Lathaiful Ma'arif 231-232
30 Al-Musajalah baina al-'Izz dan Ibnu ash-Shalah hal. 55
11
Tidak ada peristiwa besar di bulan Rajab:
Ibnu Rajab berkata, 'Telah diriwayatkan bahwa di bulan
Rajab telah terjadi beberapa peristiwa besar. Dan tidak ada
yang shahih tentang hal itu. Maka diriwayatkan bahwa Nabi r
dilahirkan di permulaan malam dari bulan Rajab, dan
sesungguhnya beliau dibangkitkan di malam dua puluh tujuh (27)
Rajab, dan dikatakan pada malam dua puluh lima (25) Rajab, dan
tidak ada satupun yang shahih darinya.31
Pendirian bersama sebagian da'i:
Sebagian da'i di masa sekarang melakukan berbagai macam
bid'ah musiman, seperti bid'ah di bulan Rajab. Padahal mereka
mengetahui tidak disyari'atkannya, dengan alasan khawatir
manusia tidak beribadah, jika mereka meninggalkan bid'ah
mereka. Padahal bid'ah adalah dosa paling berbahaya setelah
syirik.
Ats-Tsauri berkata, 'Para fuqaha (ahli fikih) berkata,
'Perkataan tidak bisa lurus kecuali dengan amal. Perkataan dan
amal perbuatan tidak bisa lurus kecuali dengan niat.
Perkataan, perbuatan, dan niat tidak bisa lurus kecuali dengan
mengikuti sunnah.'32 Mereka wajib mempelajari sunnah dan
mengajarkannya,"Barang siapa yang melakukan amal yang bukan berdasarkan
perintah kami, maka ia ditolak.'
Alangkah indahnya ucapan Abul Aliyah ketika ia berkata kepada
sebagian murid-muridnya, 'Pelajarilah Islam, apabila kamu
telah mempelajarinya, maka janganlah kamu membencinya. Kamu
harus berada di jalan yang lurus. Maka sesungguhnya jalan yang
31 Lathaiful Ma'arif 233.
32 Al-Ibanah al-Kubra karya Ibnu Baththah hal. 1/333
12
lurus adalah Islam, maka janganlah kamu menyimpang dari jalan
yang lurus, kanan dan kiri. Kamu harus berpegang kepada sunnah
nabimu. Dan jauhilah hawa nafsu yang mencampakkan di hati
pelakunya sikap permusuhan dan saling membenci.33 Dan
sebelumnya, Huzaifah t berkata, 'Wahai para qurra,
istiqamahlah. Kamu telah melewati jalan yang jauh. Dan jika
kamu mengambil kanan dan kiri, berarti kamu telah tersesat
yang sangat jauh.34
Terakhir:
Sesungguhnya para dai pada saat ini, dan umat bersamanya,
dituntut memurnikan mutaba'ah (mengikuti) Nabi r dalam segala
perkara secara sempurna, sebagaimana mereka dituntut
memurnikan keikhlasan kepada Allah I, jika mereka menginginkan
keselamatan untuk diri mereka, Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya".
Sseungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Hajj:40)
Semoga Allah I memberi taufik kepada semua untuk kebaikan. Dan
Dia-lah yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Disarikan dari makalah : Fadhail syahri rajab fil mizan karya
Faisal bin Ali al-Ba'dani
33 Al-Ibanah al-Kubra karya Ibnu Baththah hal. 1/338
34 Al-Bida' wan-nahyu 'anha karya Ibnu Wadhdhah hal. 10.
Kamis, 28 Juni 2012
Cincin Pemanis Jari dalam Sunnah Nabi
Cincin,
atau dalam bahasa Arabnya khatm, bukan hal yang baru. Memakai cincin
merupakan tradisi berpenampilan yang juga dilakukan Nabi Muhammad SAW
dan para sahabat. Dan, bukankah Nabi SAW adalah sebaik-baik contoh dan
te¬ladan dalam segala hal?
Imam At-Tirmidzi menulis sebuah karya berjudul Asy-Syama¬il, yang menghimpun dan menulis berbagai riwayat tentang kepribadian Nabi SAW dalam berbagai hal. Disebutkan, Sepening¬gal Nabi, cincin beliau terus dirawat oleh Khalifah Abubakar dan Umar, sebagai¬mana diriwayatkan dalam hadits-hadits ten¬tang tabarruk, mengharap berkah.
Cincin merupakan aksesori berpa¬kaian. Selain menunjang estetika pe¬nampilan, bagi kalangan tertentu mema¬kai cincin juga menjadi identitas tambah¬an yang mengandung makna tertentu.
Bentuk cincin dari masa ke masa mengalami perubahan, sesuai kemajuan teknologi dan penemuan barang tam¬bang jenis bebatuan.
Kebiasaan memakai cincin ini sudah ada bersama kehadiran manusia, yang menyukai pernak-pernik penunjang ke¬indahan, terlebih kaum Hawa. Bahkan kebiasaan memberi dan menerima cin¬cin dalam pernikahan ternyata sudah di¬mulai sejak lebih dari 4.800 tahun lalu.
Cincin pernikahan biasanya dipa¬sang di jari manis. Kebiasaan posisi jari ini konon berakar dari kepercayaan bang¬sa Tudor abad ke-16 M bahwa jari manis tangan kiri berhubungan dengan pembu¬luh darah yang berhubungan langsung dengan jantung. Dari pemahaman ini, lalu muncul semacam pemaknaan, sang pemakai cincin sedang berada dalam sebuah hubungan yang menyangkut perasaan hati dan degupan jantung.
Bagi wanita, cincin bisa menunjukkan status sosial, kemapanan tingkat eko¬nomi, dan membuat ia terlihat semakin cantik dan glamor. Tetapi bagi pria, lebih pada rasa percaya diri, atau kegagahan.
Bahkan,. bagi sebagian pria dan tra¬disi masyarakat, batu cincin konon bisa menjadi penolong atau pembantu diri¬nya, alias memiliki unsur mistik. Dalam hal ini batu cincin yang dimaksud dijadi¬kan jimat, yang mempunyai kekuatan supranatural.
Lantaran bisa menuju pada kemusyrik¬an, kepercayaan yang terakhir ini dila¬rang agama.
Tradisi Nabi
Memakai cincin merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Bahkan dicerita¬kan, Nabi Sulaiman AS dan Nabi Dawud AS juga memakai cincin.
Sebagaimana diriwayatkan Imam At¬Tirmidzi dalam kitabnya, Asy-Syamail, cincin Rasulullah SAW kemudian dipakai Abubakar Ash-Shiddiq RA, lalu dipakai Umar RA, kemudian Utsman bin Affan RA, sampai kemudian terjatuh di Sumur Aris.
AI-Bukhari meriwayatkan bahwa Anas RA berkata, "Cincin Rasul SAW di tanganku, lalu setelahku dipakai oleh Abubakar, dan setelah dari tangan Abu¬bakar dipakai Umar, lalu pada tangan Utsman, dan kemudian terjatuh di Sumur Aris. Tiga hari kami mencarinya, namun kami tak menemukannya."
Para sahabat Nabi SAW, seperti Abdullah bin Umar RA dan Abdullah bin Az-Zubair RA, meniru sunnah ini sebagai bentuk kecintaan kepada Baginda Ra¬sulullah SAW. Abdullah bin Mas'ud RA, sebagaimana diriwayatkan, Imam Ibnu Abdil Barr, dalam kitab At-Tamhid, me¬makai cincin besi. Sedangkan Imam Syuraih dan Imam Abu Hanifah mema¬kai cincin perak. Namun, kalaupun ba¬nyak salaf yang tidak memakai cincin, tidak berarti mereka mengharamkannya.
Dalam beberapa riwayat hadits di¬sebutkan, Rasulullah SAW pada awal¬nya mengenakan cincin yang terbuat dari emas sebelum adanya syari'at pela¬rangan mengenakan emas bagi kaum laki-laki.
Di antara beberapa riwayat itu adalah apa yang disebutkan Imam Malik dalam kitabnya AI-Muwaththa`. Dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW pernah me-ngenakan cincin dari emas kemudian dibuang olehnya seraya berkata, "Aku tidak akan mengenakannya (cincin emas) selama-lamanya." Maka para sahabat yang menyaksikannya pada saat itu pun membuang cincin-cincin emas mereka.
Di dalam hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik RA disebutkan, cincin Rasulullah SAW terbuat dari perak, dan batu cincin¬nya adalah batu Habasyi (HR Muslim).
Adapun bentuk cincin Rasulullah SAW? Sebagaimana disebutkan Ibnu Al-Qayyim dalam kitab tarikhnya yang berjudul Zad al-Ma'ad, sekembalinya dari Hudaibiyah beliau menulis surat kepada para penguasa di Timur dan Barat yang dibawa oleh para kurirnya.
Tatkala beliau hendak menulis surat kepada raja Romawi, dikatakan kepada beliau, "Sesungguhnya mereka (orang¬-orang Romawi) tidak akan membaca suatu surat kecuali apabila dibubuhi tan¬da (stempel)." Maka atas usulan itu, Rasulullah SAW menjadikan cincinnya, yang terbuat dari perak yang di atasnya terdapat ukiran terdiri dari tiga baris, Muhammad pada satu baris, Rasul pada satu baris, dan Allah pada satu baris, se¬bagai stempelnya. Beliau pun menstem¬pel surat-surat yang dikirimkan kepada para raja dengannya serta mengutus enam orang pada satu hari di bulan Ramadhan tahun 7 H.
Dimana Nabi Mengenakan Cincinnya?
Bagaimanakah Rasulullah SAW me¬nyematkan cincin di jarinya? Dalam se¬buah hadits yang diriwayatkan Muham¬mad bin Ishaq dikatakan, "Aku menyak¬sikan Ash-Shalt bin Abdullah bin Naufal bin Abdul Muththallib mengenakan cincin di jari kelingking kanan. Maka aku ber¬kata, 'Apa ini?'
la menjawab, 'Aku pernah melihat Ibnu Abbas mengenakan cincinnya se¬perti ini dan menjadikan batu cincinnya di bagian luarnya.'
la kembali mengatakan, `Tidaklah Ibnu Abbas meyakini hal itu kecuali ia menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengenakan cincinnya seperti itu'." (HR Abu Dawud).
Selain riwayat tentang peletakan cin¬cin di jari kanan di atas itu, juga ada riwa¬yat lain yang menyatakan bahwa Nabi SAW juga mengenakan cincinnya di jari
tangan kiri. Imam Muslim, di dalam Sha¬hihnya Dari hadits Tsabit dari Anas bin Malik.RA, berkata, "Cincin Nabi SAW di¬kenakan di sini (la mengisyaratkan kepa¬da jari kelingking kirinya)." Dan An-Nasa i juga mengeluarkan hadits seperti ini.
Adh-Dhaya'i juga mengeluarkan ha¬dits Qatadah dari Anas, "Aku melihat putihnya cincin Nabi SAW di jari kirinya." Dan orang-orang di dalam sanad hadits ini bisa dijadikan dasar argumentasi di dalam keshahihanya. At-Tirmidzi juga mengeluarkan hadits Abi Ja'far Muham¬mad dari bapaknya, "Hasan dan Husein mengenakan cincin di tangan kirinya."
Dari beberapa riwayat hadits di atas tampaklah, ada riwayat yang menyata¬kan bahwa Rasulullah SAW mengena¬kan cincin pada jari kelingking kanannya, namun ada juga riwayat yang menye¬butkan pada jari kelingking kirinya.
Para ulama berbeda pendapat di da¬lam menggabungkan hadits-hadits yang berbeda tersebut. Ada di antara mereka yang menyamakan kedua hal tersebut, artinya cincin itu bisa dikenakan di jari kanan atau kiri. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa pada awalnya Ra¬sulullah SAW mengenakan cincin pada tangan kanan, namun kemudian beliau memindahkannya ke tangan kiri.
Adapun pendapat Imam Nawawi di dalam Syarh Shahih Muslim karyanya me-nyebutkan, ijma' para fuqaha memboleh¬kan pengenaan cincin pada tangan kanan, dan membolehkannya pada tangan kiri, serta keduanya pun tidaklah dimakruhkan.
Imam Malik menganjurkan untuk di¬kenakan di tangan kiri dan memakruh¬kan pengenaannya di tangan kanan. Se¬dangkan dalam Madzhab Syafi'i bahwa tangan kanan lebih utama. Karena cincin merupakan hiasan, maka tangan kanan lebih mulia dan lebih berhak untuk per¬hiasan dan kemuliaan.
Yang jelas, Rasulullah SAW melarang menggunakan cincin di jari tengah dan telunjuk, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim, dalam hadits no. 2078.
Imam AI-Bukhari meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW mengenakan cincin yang terbuat Dari perak dan diukir di atasnya tulisan Muham-mad Rasulullah. Dan beliau mengatakan, "Aku telah mengukir di atasnya (tulisan) Muhammad Rasulullah, maka janganlah salah seorang mengukimya (seperti ukiran Muhammad Rasulullah)."
Belasan hadits riwayat Shahih Al¬Bukhari dan Shahih Muslim menjelaskan bahwa Nabi SAW memakai cincin perak dan mengenakannya di jari kelingking¬nya, demikian pula dengan para saha¬bat. Mereka juga menggunakan cincin jenis perak, sehingga hukumnya sunnah bagi pria.
Imam At-Tirmidzi menulis sebuah karya berjudul Asy-Syama¬il, yang menghimpun dan menulis berbagai riwayat tentang kepribadian Nabi SAW dalam berbagai hal. Disebutkan, Sepening¬gal Nabi, cincin beliau terus dirawat oleh Khalifah Abubakar dan Umar, sebagai¬mana diriwayatkan dalam hadits-hadits ten¬tang tabarruk, mengharap berkah.
Cincin merupakan aksesori berpa¬kaian. Selain menunjang estetika pe¬nampilan, bagi kalangan tertentu mema¬kai cincin juga menjadi identitas tambah¬an yang mengandung makna tertentu.
Bentuk cincin dari masa ke masa mengalami perubahan, sesuai kemajuan teknologi dan penemuan barang tam¬bang jenis bebatuan.
Kebiasaan memakai cincin ini sudah ada bersama kehadiran manusia, yang menyukai pernak-pernik penunjang ke¬indahan, terlebih kaum Hawa. Bahkan kebiasaan memberi dan menerima cin¬cin dalam pernikahan ternyata sudah di¬mulai sejak lebih dari 4.800 tahun lalu.
Cincin pernikahan biasanya dipa¬sang di jari manis. Kebiasaan posisi jari ini konon berakar dari kepercayaan bang¬sa Tudor abad ke-16 M bahwa jari manis tangan kiri berhubungan dengan pembu¬luh darah yang berhubungan langsung dengan jantung. Dari pemahaman ini, lalu muncul semacam pemaknaan, sang pemakai cincin sedang berada dalam sebuah hubungan yang menyangkut perasaan hati dan degupan jantung.
Bagi wanita, cincin bisa menunjukkan status sosial, kemapanan tingkat eko¬nomi, dan membuat ia terlihat semakin cantik dan glamor. Tetapi bagi pria, lebih pada rasa percaya diri, atau kegagahan.
Bahkan,. bagi sebagian pria dan tra¬disi masyarakat, batu cincin konon bisa menjadi penolong atau pembantu diri¬nya, alias memiliki unsur mistik. Dalam hal ini batu cincin yang dimaksud dijadi¬kan jimat, yang mempunyai kekuatan supranatural.
Lantaran bisa menuju pada kemusyrik¬an, kepercayaan yang terakhir ini dila¬rang agama.
Tradisi Nabi
Memakai cincin merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Bahkan dicerita¬kan, Nabi Sulaiman AS dan Nabi Dawud AS juga memakai cincin.
Sebagaimana diriwayatkan Imam At¬Tirmidzi dalam kitabnya, Asy-Syamail, cincin Rasulullah SAW kemudian dipakai Abubakar Ash-Shiddiq RA, lalu dipakai Umar RA, kemudian Utsman bin Affan RA, sampai kemudian terjatuh di Sumur Aris.
AI-Bukhari meriwayatkan bahwa Anas RA berkata, "Cincin Rasul SAW di tanganku, lalu setelahku dipakai oleh Abubakar, dan setelah dari tangan Abu¬bakar dipakai Umar, lalu pada tangan Utsman, dan kemudian terjatuh di Sumur Aris. Tiga hari kami mencarinya, namun kami tak menemukannya."
Para sahabat Nabi SAW, seperti Abdullah bin Umar RA dan Abdullah bin Az-Zubair RA, meniru sunnah ini sebagai bentuk kecintaan kepada Baginda Ra¬sulullah SAW. Abdullah bin Mas'ud RA, sebagaimana diriwayatkan, Imam Ibnu Abdil Barr, dalam kitab At-Tamhid, me¬makai cincin besi. Sedangkan Imam Syuraih dan Imam Abu Hanifah mema¬kai cincin perak. Namun, kalaupun ba¬nyak salaf yang tidak memakai cincin, tidak berarti mereka mengharamkannya.
Dalam beberapa riwayat hadits di¬sebutkan, Rasulullah SAW pada awal¬nya mengenakan cincin yang terbuat dari emas sebelum adanya syari'at pela¬rangan mengenakan emas bagi kaum laki-laki.
Di antara beberapa riwayat itu adalah apa yang disebutkan Imam Malik dalam kitabnya AI-Muwaththa`. Dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW pernah me-ngenakan cincin dari emas kemudian dibuang olehnya seraya berkata, "Aku tidak akan mengenakannya (cincin emas) selama-lamanya." Maka para sahabat yang menyaksikannya pada saat itu pun membuang cincin-cincin emas mereka.
Di dalam hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik RA disebutkan, cincin Rasulullah SAW terbuat dari perak, dan batu cincin¬nya adalah batu Habasyi (HR Muslim).
Adapun bentuk cincin Rasulullah SAW? Sebagaimana disebutkan Ibnu Al-Qayyim dalam kitab tarikhnya yang berjudul Zad al-Ma'ad, sekembalinya dari Hudaibiyah beliau menulis surat kepada para penguasa di Timur dan Barat yang dibawa oleh para kurirnya.
Tatkala beliau hendak menulis surat kepada raja Romawi, dikatakan kepada beliau, "Sesungguhnya mereka (orang¬-orang Romawi) tidak akan membaca suatu surat kecuali apabila dibubuhi tan¬da (stempel)." Maka atas usulan itu, Rasulullah SAW menjadikan cincinnya, yang terbuat dari perak yang di atasnya terdapat ukiran terdiri dari tiga baris, Muhammad pada satu baris, Rasul pada satu baris, dan Allah pada satu baris, se¬bagai stempelnya. Beliau pun menstem¬pel surat-surat yang dikirimkan kepada para raja dengannya serta mengutus enam orang pada satu hari di bulan Ramadhan tahun 7 H.
Dimana Nabi Mengenakan Cincinnya?
Bagaimanakah Rasulullah SAW me¬nyematkan cincin di jarinya? Dalam se¬buah hadits yang diriwayatkan Muham¬mad bin Ishaq dikatakan, "Aku menyak¬sikan Ash-Shalt bin Abdullah bin Naufal bin Abdul Muththallib mengenakan cincin di jari kelingking kanan. Maka aku ber¬kata, 'Apa ini?'
la menjawab, 'Aku pernah melihat Ibnu Abbas mengenakan cincinnya se¬perti ini dan menjadikan batu cincinnya di bagian luarnya.'
la kembali mengatakan, `Tidaklah Ibnu Abbas meyakini hal itu kecuali ia menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengenakan cincinnya seperti itu'." (HR Abu Dawud).
Selain riwayat tentang peletakan cin¬cin di jari kanan di atas itu, juga ada riwa¬yat lain yang menyatakan bahwa Nabi SAW juga mengenakan cincinnya di jari
tangan kiri. Imam Muslim, di dalam Sha¬hihnya Dari hadits Tsabit dari Anas bin Malik.RA, berkata, "Cincin Nabi SAW di¬kenakan di sini (la mengisyaratkan kepa¬da jari kelingking kirinya)." Dan An-Nasa i juga mengeluarkan hadits seperti ini.
Adh-Dhaya'i juga mengeluarkan ha¬dits Qatadah dari Anas, "Aku melihat putihnya cincin Nabi SAW di jari kirinya." Dan orang-orang di dalam sanad hadits ini bisa dijadikan dasar argumentasi di dalam keshahihanya. At-Tirmidzi juga mengeluarkan hadits Abi Ja'far Muham¬mad dari bapaknya, "Hasan dan Husein mengenakan cincin di tangan kirinya."
Dari beberapa riwayat hadits di atas tampaklah, ada riwayat yang menyata¬kan bahwa Rasulullah SAW mengena¬kan cincin pada jari kelingking kanannya, namun ada juga riwayat yang menye¬butkan pada jari kelingking kirinya.
Para ulama berbeda pendapat di da¬lam menggabungkan hadits-hadits yang berbeda tersebut. Ada di antara mereka yang menyamakan kedua hal tersebut, artinya cincin itu bisa dikenakan di jari kanan atau kiri. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa pada awalnya Ra¬sulullah SAW mengenakan cincin pada tangan kanan, namun kemudian beliau memindahkannya ke tangan kiri.
Adapun pendapat Imam Nawawi di dalam Syarh Shahih Muslim karyanya me-nyebutkan, ijma' para fuqaha memboleh¬kan pengenaan cincin pada tangan kanan, dan membolehkannya pada tangan kiri, serta keduanya pun tidaklah dimakruhkan.
Imam Malik menganjurkan untuk di¬kenakan di tangan kiri dan memakruh¬kan pengenaannya di tangan kanan. Se¬dangkan dalam Madzhab Syafi'i bahwa tangan kanan lebih utama. Karena cincin merupakan hiasan, maka tangan kanan lebih mulia dan lebih berhak untuk per¬hiasan dan kemuliaan.
Yang jelas, Rasulullah SAW melarang menggunakan cincin di jari tengah dan telunjuk, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim, dalam hadits no. 2078.
Imam AI-Bukhari meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW mengenakan cincin yang terbuat Dari perak dan diukir di atasnya tulisan Muham-mad Rasulullah. Dan beliau mengatakan, "Aku telah mengukir di atasnya (tulisan) Muhammad Rasulullah, maka janganlah salah seorang mengukimya (seperti ukiran Muhammad Rasulullah)."
Belasan hadits riwayat Shahih Al¬Bukhari dan Shahih Muslim menjelaskan bahwa Nabi SAW memakai cincin perak dan mengenakannya di jari kelingking¬nya, demikian pula dengan para saha¬bat. Mereka juga menggunakan cincin jenis perak, sehingga hukumnya sunnah bagi pria.
Sunnah Nabi Amalan Seharian
Assalamualaikum
kawan2 semua..apa khabar semua hari ni…semoga kawan2 semua beroleh
kesihatan yang baik utk terus beribadat kepada Allah Yang Maha Esa.
Semoga apa yg aku sampaikan ni sama2 kita amalkan utk mendapat
keberkatan hidup didunia dan akhirat. Dan harus diingat kawan2..dunia
kita semakin pendek usianya..kiamat akan berlaku bila2 masa saja lg…
Hendaknya kita selalu menjaga tujuh sunnah Nabi setiap hari. Ketujuh sunnah Nabi SAW itu adalah: 1) Tahajjud, kerana kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya.
2) Membaca Al-Qur’an sebelum terbit matahari. Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia, sebaiknya mata membaca Al-Qur’an terlebih dahulu dengan penuh pemahaman.
3) Jangan tinggalkan masjid terutama di waktu subuh. Sebelum melangkah kemana pun langkahkan kaki ke masjid, kerana masjid merupakan pusat keberkahan, bukan kerana panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang
mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah.
4) Jaga solat dhuha, kerana kunci rezeki terletak pada solat dhuha.
5) Jaga sedekah setiap hari. Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari.
6) Jaga wudhu terus menerus kerana Allah menyayangi hamba yang berwudhu. Kata khalifah Ali bin Abu Thalib, “Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu solat walau ia sedang tidak solat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya Allah”.
7) Amalkan istighfar setiap saat. Dengan istighfar masalah yang terjadi kerana dosa kita akan dijauhkan oleh Allah.
Antara Sunnah-sunnah Nabi saw sebelum, ketika dan selepas tidur :-
- Jangan tidur menghadap kaki arah Qiblat. Ini adalah kedudukan tidur orang yang telah mati.
- Baca 4 Qul tiup ke tapak tangan dan sapu keseluruh badan untuk menghindarkan sihir dan niat jahat manusia.
- Niat untuk bangun Tahajjud. Sekiranya tidak terjaga, Allah swt akan mengira seolah-olah dia bertahajjud sepanjang malam. Tahajjud adalah sebaik-baik pelindung daripada sihir dan buatan orang.
- Ambil wudhu sebelum tidur dan Solat Sunat Taubat 2 rakaat.
- Maafkan semua kesalahan manusia pada kita dan halalkan semua hutang piutang sebelum tidur.Bangun tidur boleh buka fail semula kalau mahu.
- Tidur cara Rasulullah saw dengan mengiring badan ke kanan dan tapak tangan di bawah pipi.
Banyak lagi Sunnah Nabi saw yang boleh diamal, semuanya mudah untuk dilakukan.
Peringatan : Pesan Nabi saw, dilarang tidur meniarap terutama lelaki.Sekiranya tidur dengan kain pelikat, ikat hujung kain supaya tidak menimbulkan fitnah. Tutup aurat ketika tidur.
Kenapa ya? Lelaki yang tidur meniarap, dibawahnya Syaitan/ Jin Betina.Tidur bogel atau tidak menutup aurat akan menghindarkan Malaikat Rahmat dan
mengundang makhluk lain. Sekiranya bersetubuh tanpa membaca doa,Syaitan/Jin akan bersama-sama menjamah isteri kita. Kemungkinan besar benih yang masuk
bercampur dengan benih-benih Syaitan/ Jin. Jadi jangan marah kalau anak-anak ikut perangai “bapa-bapa angkat” mereka ketika kita bersetubuh dulu.
SAMA-SAMALAH KITA MENGAMALKAN SUNNAH-SUNNAH NABI DAN SATU LAGI KAWAN2..SELALU2 LAH SELAWAT KEATAS NABI MUHAMMAD S.A.W..
Peringatan yg baik utk sumer …InsyaAllah
sebar2 kanla…
PENGERTIAN SUBNETMASK, CARA PERHITUNGAN DAN CONTOH PERHITUNGAN SUBNETMASK
allhmdullilah wa syukurilahhh dengan selesainya tugas ini,
aku sebagai mahasiswa bisa memenuhi kewajiban q belajar dan mengumpulkan tugas sebagai mahasiswa di STMIK WEPE Pekalongan,,,
sebagai hasil tugas q anda sekalian bisa membacanya dan memahami isi dari posttingan ini agar ilmu anda bisa bertambah dan bermanfaat,,,
sekian dari kami selamat membaca yaaaaaaaaaaaa,,,,,,,,,,,,,heheheheh
Subnetting apa yang terjadi pada IP Address kelas C 192.168.1.0/27?
aku sebagai mahasiswa bisa memenuhi kewajiban q belajar dan mengumpulkan tugas sebagai mahasiswa di STMIK WEPE Pekalongan,,,
sebagai hasil tugas q anda sekalian bisa membacanya dan memahami isi dari posttingan ini agar ilmu anda bisa bertambah dan bermanfaat,,,
sekian dari kami selamat membaca yaaaaaaaaaaaa,,,,,,,,,,,,,heheheheh
ARTIKEL
JARINGAN KOMPUTER
Dosen Pengampu : Much. Rifqi Maulana,S.kom
Disusun oleh :
NIM : 11.240.0395
NAMA : M.Tri Setio Yulianto
KELAS : 2P44
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
(STMIK) WIDYA
PRATAMA PEKALONGAN
2011/2012
PENGERTIAN SUBNETMASK
Subnet mask adalah istilah teknologi
informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang
digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host,
apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan
sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah
nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host
identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan,
adalah sebagai berikut:
* Semua bit yang ditujukan agar
digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
* Semua bit yang ditujukan agar
digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah
jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada
di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default
(yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun
subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet
atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
CARA MENGHITUNG SUBNETMASK :
Misalkan anda memiliki IP adress 192.168.10.0 dan Subnet mask 255.255.255.128
Ubah angka 128
ke bilangan biner dengan cara sebagai berikut
128 : 2 = 64
sisa 0
64 : 2 = 32 sisa 0
32 : 2 = 16 sisa 0
16 : 2 = 8 sisa 0
8 : 2 = 4 sisa 0
4 : 2 = 2 sisa 0
2 : 2 = 1 Sisa 0
64 : 2 = 32 sisa 0
32 : 2 = 16 sisa 0
16 : 2 = 8 sisa 0
8 : 2 = 4 sisa 0
4 : 2 = 2 sisa 0
2 : 2 = 1 Sisa 0
Hasil akhir 1 tidak dapat dibagi menjadi 1
hasil bilangan binernya adalah 10000000
hasil bilangan binernya adalah 10000000
Banyaknya subnet yang tersedia dari rumus 2^x
X adalah jumlah dari angka 1, karena berdasarkan angka binner yang ada jumlah 1=1
maka 2^1 = 2 maka jumlah subnet maksnya adalah 2
X adalah jumlah dari angka 1, karena berdasarkan angka binner yang ada jumlah 1=1
maka 2^1 = 2 maka jumlah subnet maksnya adalah 2
Nah sekarang kita harus tau bila tersedia hanya 2 subnet maks maka kita
harus mencari berapa subnet maks tersebut?
Dari Subnet maks yang terbesar adalah 256 maka dihasilkan 256 – 128 = 128.
Maka subnet masknya adalah 0 dan 128
Maka subnet masknya adalah 0 dan 128
Contoh lain,
bila ditetapkan subnet masknya 255.255.255.192
Jumlah subnet maks dapt dihitung
Jumlah subnet maks dapt dihitung
192 : 2 = 96
sisa 0
96 : 2 = 48 sisa 0
48 : 2 = 24 sisa 0
24 : 2 = 12 sisa 0
12 : 2 = 6 sisa 0
6 : 2 = 3 sisa 0
3 : 2 = 1 sisa 1
maka bilangan binnernya adalah 11000000
karena angka 1 ada 2 maka 2^2 = 4
96 : 2 = 48 sisa 0
48 : 2 = 24 sisa 0
24 : 2 = 12 sisa 0
12 : 2 = 6 sisa 0
6 : 2 = 3 sisa 0
3 : 2 = 1 sisa 1
maka bilangan binnernya adalah 11000000
karena angka 1 ada 2 maka 2^2 = 4
Dan subnet yang dapat digunakan adalah 256 – 192 = 64, maka Subnetnya
adalah 0, 64, 128, 192 artinya subnetnya adalah
255.255.255.0
255.255.255.64
255.255.255.128
255.255.255.192
255.255.255.0
255.255.255.64
255.255.255.128
255.255.255.192
Jumlah Host per Subnet = 2^y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x
yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per
subnet adalah 2^6 – 2 = 62 host
CONTOH SOAL SUBNETMASK :
Subnetting apa yang terjadi pada IP Address kelas C 192.168.1.0/27?
Jawab:
Subnet mask dari 192.168.1.0/27
adalah 11111111.1111111.11111111.11100000 atau 255.255.255.224, maka:
- Jumlah Subnet,
Jumlah subnet dapat dicari dengan 2 pangkat x, dimana x adalah banyaknya angka 1 pada oktet 4, dalam perhitungan subnet mask diatas ada 3, sehingga Jumlah subnet mask adalah 2 pangkat 3 sama dengan 8 buah subnet - Jumlah Host,
Jumlah host pada tiap subnet dapat dicari dengan 2 pangkat y, dimana y adalah banyaknya angka 0 pada oktet 4, dalam perhitungan diatas ada 5, sehingga Jumlah Host tiap subnetnya adalah 2 pangkat 5 sama dengan 30 host tiap subnet. - Blok Subnet,
Untuk mencari dapat dicari dengan dengan cara 256-224 (dimana 224 adalah nilai oktet 4) sama dengan 32. Untuk mencari subnet yang lain hasil ini dikali 2=64, dikali 3=96, dikali 4=128, dikali 5=160, dikali 6=192, dikali 7=224 dikali 8=256. Sehingga blok subnet yang valid adalah 0 (pasti ada), 32,64,96,128,160,192, dan 224. - Network Address, Host Address dan Broadcast
Address yang valid
Untuk mencari alamat host, broadcast dan network (subnet) kita langsung aja buat tabel lengkapnya perhitungan subnetting ini sebagai berikut:
Demikianlah sekilas tentang
contoh soal perhitungan subnetmask semoga ada manfaatnya. CMIIW...
Kita juga harus menguasai konsep
subnetting untuk mendapatkan IP address baru, dimana dengan cara ini kita dapat
membuat network ID baru dari suatu network yang kita miliki sebelumnya.
Subnetting digunakan untuk memecah satu buah network menjadi beberapa network
kecil.
Untuk memperbanyak network ID
dari suatu network id yang sudah ada, dimana sebagaian host ID dikorbankan
untuk digunakan dalam membuat ID tambahan
Ingat rumus untuk mencari banyak
subnet adalah 2 n – 2
N = jumlah bit yang diselubungi
Dan rumus untuk mencari jumlah
host per subnet adalah 2 m – 2
M = jumlah bit yang belum
diselubungi
Contoh kasus dengan penyelesaian
I :
Ip address 130.200.0.0 dengan
subnet mask 255.255.224.0 yang diidentifikasi sebagai kelas B.
Subnet mask :
11111111.11111111.11100000.00000000
3 bit dari octet ke 3 telah
digunakan , tingal 5 bit yang belum diselubungi maka banyak kelompok subnet
yang bisa dipakai adalah kelipatan 2 5 = 32 (256 – 224 = 32)
32 64 96 128 160 192 224
Jadi Kelompok IP yang bisa
digunakan dalah ;
130.200.0.0 – 130.200.31.254 à subnet loopback
130.200.32.1 – 130.200.63.254
130.200.64.1 – 130.200.95.254
130.200.96.1 – 130.200.127.254
130.200.128.1 – 130.200.159.254
130.200.160.1 – 130.200.191.254
130.200.192.1 – 130.200.223.254
Contoh kasus dengan penyelesaian
II :
Terdapat network id 130.200.0.0
dengan subnet 255.255.192.0 yang termasuk juga kelas B, cara lain untuk
menyelesaikannya adalah ;
• Dari nilai octet pertama dan
subnet yang diberikan, dapat diketahui IP address adalah kelas B yang octet
ketiga diselubungi dengan angka 192…
• Hitung dengan rumus (4 oktet –
angka yang diselubung) 256 – 192 = 64
• Jadi kelompok subnet yang dapat
dipakai adalah kelipatan 64 dan 128.
Jadi kelompok ip yang dapat
dipakai adalah
130.200.64.1 sampai
130.200.127.254
130.200.128.1 sampai 130.200.199.254
Kasus ;
Kita memiliki kelas B dengan
network ID 130.200.0.0 dengan subnet mask 255.255.224.0
Dengan cara yang sama diatas
sebelumnya ;
• Dari nilai octet pertama dan
subnet yang diberikan dapat diketahui IP address adalah kelas B dengan octet
ketiga terseluibung dengan angka 224
• Hitung dengan rumus (256-224)
=32
• Jadi kelompok subnet yang dapat
dipakai adalah kelipatan 32 yaitu 64 96 128 160 192
Dengan demikian, kelompok IP
address yang dapat dipakai adalah ;
130.200.32.1 sampai
130.200.63.254
130.200.64.1 sampai
130.200.95.254
130.200.96.1 sampai
130.200.127.254
130.200.128.1 sampai
130.200.159.254
130.200.160.1 sampai
130.200.191.254
130.200.192.1 sampai
130.200.223.254
Kasus :
misalkan kita menggunakan kelas C
dengan network address 192.168.81.0 dengan subnet mask 255.255.255.240, maka
• Dari nilai octet pertama dan
subnet yang diberikan dapat diketahui IP address adalah kelas C dengan oktat
ketiga terselubung dengan angka 240
• Hitung (256 – 240) = 16
• Maka kelompok subnet yang dapat
digunakan adalah kelipatan 16, yaitu 16 32 48 64 80 96 112 128 144 160 176 192
208 224
Maka kelompok IP address yang
dapat digunakan adalah ;
192.168.81.17 sampai
192.168.81.20
192.168.81.33 sampai
192.168.81.46
192.168.81.49 sampai
192.168.81.62
192.168.81.65 sampai
192.168.81.78
192.168.81.81 sampai
192.168.81.94
192.168.81.97 sampai
192.168.81.110
192.168.81.113 sampai
192.168.81.126
192.168.81.129 sampai
192.168.81.142
192.168.81.145 sampai
192.168.81.158
192.168.81.161 sampai
192.168.81.174
192.168.81.177 sampai
192.168.81.190
192.168.81.193 sampai
192.168.81.206
192.168.81.209 sampai
192.168.81.222
192.168.81.225 sampai
192.168.81.238
Kasus :
Sebuah perusahaan yang baru
berkembang mempunyai banyak kantor cabang dan tiap kantor cabang mempunyai 255
workstation, network address yang tersedia adalah 164.10.0.0, buatlah subnet
dengan jumlah subnet yang terbanyak
Penyelesaian ; 164.10.0.0 berada
pada kelas B, berarti octet 3 dan 4 digunakan untuk host, sedangkan 1 kantor
cabang ada 254 host, maka ambil 1 bit lagi dari octet ke 3 agar cukup.
Maka subnetmask yang baru
11111111.11111111.11111110.00000000
255. 255. 254. 0
Subnet yang tersedia adalah 256 –
254 = 2, maka subnetnya kelipatan 2 sampai dengan 254.
Jumlah subnet (2 7 – 2) = 128 – 2
= 26 subnet
Jumlah host / subnetnya (2 9 – 2
) = 512 – 2 = 510 host
164.10.0.0 sampai 164.10.1.0 à dibuang
164.10.2 .1 sampai 164.10.3.254
164.10.4.1 sampai 164.10.5.254
164.10.6.1 sampai 164.10.7.254
164.10.8.1 sampai 164.10.9.254
.
.
.
164.10.252.1 sampai
164.10.253.254
Kasus :
Kita mendapatkan IP dari ISP
yaitu 192.168.20.0 untuk alamat network dan subnet masknya 255.255.255.192 ini
berarti notasi /26.
Jumlah subnet adalah 192, berarti
11000000, maka 22 – 2 = 2
Berapa banyak host per subnet, 26
– 2 = 62 host
Hitung subnet yang valid 256 –
192 = 64 subnet, maka terus tambahkan block size sampai angka subnet mask. 64 +
64 = 128. 128 + 64 = 192, yang tidak valid karena ia adalah sebuah subnet mask.
Maka subnet yang valid adalah 64 dan 128.
Subnet 64 128
Host pertama 65 129
Host terakhir 126 190
Alamat Broadcast 127 191
Cara membaca tabel diatas yaitu
dari atas ke bawah untuk setiap kolom subnet, contoh: kolom pertama subnet 64
atau lengkapnya 192.168.20.64 memunyai host pertama 65 atau 192.168.20.65, host
terakhir 126 atau 192.168.20.126 dan alamat broadcast di 127 atau
192.168.20.127.
Kasus
Kita mendapatkan IP dari ISP
yaitu 192.168.10.0 untuk alamat network dan subnet masknya 255.255.255.224 ini
berarti notasi /27.
Berapa jumlah subnet, 224 adalah
11100000, jadi 23-3 = 6
Berapa banyak host per subnet, 25
– 2 = 30 host
Hitung subnet yang valid 256 –
224 = 32
32 + 32 = 64
64 + 32 = 96
96 + 32 = 128
128 + 32 = 160
160 + 32 = 192
192 + 32 = 224
224 tidak valid karena ia adalah
sebuah subnet mask. Maka subnet yang valid adalah
32, 64, 96,128,160,129,224
Subnet 32 64 96 128 160 192
Host pertama 33 65 97 129 161 193
Host terakhir 62 94 126 158 190
222
Alamat Broadcast 63 95 127 159
191 223
Cara membaca tabel diatas yaitu
dari atas ke bawah untuk setiap kolom subnet, contoh: kolom pertama subnet 32
atau lengkapnya 192.168.10.32 memunyai host pertama 33 atau 192.168.10.33, host
terakhir 62 atau 192.168.10.62 dan alamat broadcast di 63 atau 192.168.10.63.
Kasus kelas C
Kita mendapatkan IP dari ISP
yaitu 192.168.10.0 untuk alamat network dan subnet masknya 255.255.255.224 ini
berarti notasi /27.
Berapa jumlah subnet, 224 adalah
11100000, jadi 23-3 = 6
Berapa banyak host per subnet, 25
– 2 = 30 host
Hitung subnet yang valid 256 –
224 = 32
32 + 32 = 64
64 + 32 = 96
96 + 32 = 128
128 + 32 = 160
160 + 32 = 192
192 + 32 = 224
224 tidak valid karena ia adalah
sebuah subnet mask. Maka subnet yang valid adalah
32, 64, 96,128,160,129,224
Subnet 32 64 96 128 160 192
Host pertama 33 65 97 129 161 193
Host terakhir 62 94 126 158 190
222
Alamat Broadcast 63 95 127 159
191 223
Cara membaca tabel diatas yaitu
dari atas ke bawah untuk setiap kolom subnet, contoh: kolom pertama subnet 32 atau
lengkapnya 192.168.10.32 memunyai host pertama 33 atau 192.168.10.33, host
terakhir 62 atau 192.168.10.62 dan alamat broadcast di 63 atau 192.168.10.63.
Kasus :
Di sebuah perusahaan
manufacturing yang mempunyai banyak bagian dalam perusahaan tersebut, dimana
setiap bagian mempunyai 700 host, network address yang didapat adalah
171.168.10.0, berarti ini kelas B…perhatikan bagaimana jika kita menggunakan
kelas C karena kelas C hanya dapat menampung host sebanyak 254 !!!
Classless Inter-Domain Rouitng
(CIDR)
Suatu metode yang digunakan oleh
ISP untuk mengalokasikan sejumlah alamat pada perusahaan, kerumah seorang
pelanggan. ISP menyediakan ukuran blok (block size) tertentu.
Contoh : kita mendapatkan blok IP
192.168.32/28. notasi garis miring atau slash notation (/) berarti berapa bit
yang bernilai 1 (contoh diatas adalah /28 berarti ada 28 bit yang bernilai 1).
Nilai maksimum setelah garing
adala /32. karena satu byte adalah 8 bit dan terdapat 4 byte dalam sebuah
alamat IP (4 x 8 = 32). Namun subnet mask terbesar tanpa melihar class
alamatnya adalah hanya /30, karena harus menyimpan paling tidak dua buah bit
sebagai bit dan host.
Nilai CIDR
255.0.0.0 /8
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255. 255.224.0 /19
255. 255.240.0 /20
255. 255.248.0 /21
255. 255.252.0 /22
255. 255.254.0 /23
255. 255.255.0 /24
255.255. 255.128 /25
255.255. 255.192 /26
255. 255. 255.224 /27
255. 255. 255.240 /28
255. 255. 255.248 /29
255. 255. 255.252 /30
Keterangan : pola yang
dimaksudkan adalah pola 128, 192, 224, 240, 248, 252, dan 254
Dimana 128 dalam binary yaitu =
10000000 (1 bit subnet), 192 dalam binary yaitu 11000000 (2 bit binary) dan
seterusnya. Maka hafalkan pola 128, 192, 224, 240, 248, 252 dan 254.
Contoh latihan subnetting : alamat class B
Alamat Network 172.16.0.0 dan
subnet mask 255.255.192.0
Subnet 192 = 11000000, 2 2 – 2 =
2
Host 2 14 – 2 = 16.382 (6 bit di
octet ketiga, dan 8 bit di octet keempat)
Subnet yang valid 256 – 192 = 64.
64 + 64 = 128
Subnet 64.0 128.0
Host pertama 64.1 128.1
Host terakhir 127.254 192.254
Broadcast 127.255 199.255
Keterangan, maka subnet 64.0 atau
172.16.64.0, mempunyai host pertama 64.1 atau 172.16.64.1 sampai dengan 171.16.127.254
dan alamat broadcastnya 172.16.127.255
Contoh latihan subnetting : alamat class A
Alamat Network 10.0.0.0 dan
subnet mask 255.255.0.0
Subnet 255 = 11111111, 2 8 – 2 =
254
Host 2 16 – 2 = 65.534
Subnet yang valid 256 – 255 = 1,
2 , 3 dan seterusnya. (semua di octet kedua). Subnetnya menjadi 10.1.0.0,
10.2.0.0, 10.3.0.0 dan seterusnya sampai 10.254.0.0
Subnet 10.1.0.0 … 10.254.0.0
Host pertama 10.1.0.1 …
10.254.0.1
Host terakhir 10.1.255.254 …
10.254.255.254
Broadcast 10.1.255.255 …
10.254.255.255
NETMASK/SUBNETMASK
Untuk pengelompokan pengalamatan,
selain nomor IP dikenal juga netmask atau subnetmask. Yang besarnya sama dengan
nomor IP yaitu 32 bit. Ada tiga pengelompokan besar subnet mask yaitu dengan
dikenal, yaitu 255.0.0.0 , 255.255.0.0 dan 255.0.0.0.
Pada dunia jaringan, subnetmask
tersebut dikelompokkan yang disebut class dikenal tiga class yaitu :
1. Class A, adalah semua nomor IP
yang mempunyai subnetmask 255.0.0.0
2. Class B, adalah semua nomor IP
yang mempunyai subnetmask 255.255.0.0
3. Class C, adalah semua nomor IP
yang mempunyai subnetmask 255.255.255.0
Gabungan antara IP dan Netmask
inilah pengalamatan komputer dipakai. Kedua hal ini tidak bisa lepas. Jadi
penulisan biasanya sbb :
IP : 202.95.151.129
Netmask : 255.255.255.0
Suatu nomor IP kita dengan nomor
IP tetangga dianggap satu kelompok (satu jaringan) bila IP dan Netmask kita
dikonversi jadi biner dan diANDkan, begitu juga nomor IP tetangga dan Netmask
dikonversi jadi biner dan diANDkan, jika kedua hasilnya sama maka satu jaringan.
Dan kita bisa berhubungan secara langsung.
Ketika kita berhubungan dengan
komputer lain pada suatu jaringan, selain IP yang dibutuhkan adalah netmask.
Misal kita pada IP 10.252.102.12 ingin berkirim data pada 10.252.102.135
bagaimana komputer kita memutuskan apakah ia berada pada satu jaringan atau
lain jaringan? Maka yang dilakukan adalah mengecek dulu netmask komputer kita
karena kombinasi IP dan netmask menentukan range jaringan kita.
Jika netmask kita 255.255.255.0
maka range terdiri dari atas semua IP yang memiliki 3 byte pertama yang sama.
Misal jika IP saya 10.252.102.12 dan netmask saya 255.255.255.0 maka range
jaringan saya adalah 10.252.102.0-10.252.102.255 sehingga kita bisa secara
langsung berkomunukasi pada mesin yang diantara itu, jadi 10.252.102.135 berada
pada jaringan yang sama yaitu 10.252.102 (lihat yang angka-angka tercetak tebal
menunjukkan dalam satu jaringan karena semua sama).
Dalam suatu organisasi komersial
biasanya terdiri dari beberapa bagian, misalnya bagian personalia/HRD, Marketing,
Produksi, Keuangan, IT dsb. Setiap bagian di perusahaan tentunya mempunyai
kepentingan yang berbeda-beda. Dengan beberapa alasan maka setiap bagian bisa
dibuatkan jaringan lokal sendiri – sendiri dan antar bagian bisa pula
digabungkan jaringannya dengan bagian yang lain.
Ada beberapa alasan yang
menyebabkan satu organisasi membutuhkan lebih dari satu jaringan lokal (LAN)
agar dapat mencakup seluruh organisasi :
q Teknologi yang berbeda. Dalam
suatu organisasi dimungkinkan menggunakan bermacam teknologi dalam jaringannya.
Semisal teknologi ethernet akan mempunyai LAN yang berbeda dengan teknologi
FDDI.
q Sebuah jaringan mungkin dibagi
menjadi jaringan yang lebih kecil karena masalah performanasi. Sebuah LAN
dengan 254 host akan memiliki performansi yang kurang baik dibandingkan dengan
LAN yang hanya mempunyai 62 host. Semakin banyak host yang terhubung dalam satu
media akan menurunkan performasi dari jaringan. Pemecahan yang paling
sedherhana adalah memecah menjadi 2 LAN.
q Departemen tertentu membutuhkan
keamanan khusus sehingga solusinya memecah menjadi jaringan sendiri.
Pembagian jaringan besar ke dalam
jaringan yang kecil-kecil inilah yang disebut sebagai subnetting. Pemecehan
menggunakan konsep subnetting. Membagi jaringan besar tunggal ke dalam sunet-subnet
(sub-sub jaringan). Setiap subnet ditentukan dengan menggunakan subnet mask
bersama-sama dengan no IP.
Pada subnetmask dalam biner,
seluruh bit yang berhubungan dengan netID diset 1, sedangkan bit yang
berhubungan dengan hostID diset 0.
Dalam subnetting, proses yang
dilakukan ialah memakai sebagian bit hostID untuk membentuk subnetID. Dengan
demikian jumlah bit yang digunakan untuk HostID menjadi lebih sedikit. Semakin
panjang subnetID, jumlah subnet yang dibentuk semkain banyak, namun jumlah host
dalam tiap subnet menjadi semakin sedikit.
Misal jika jaringan kita adalah
192.168.0.0 dalm kelas B (kelas B memberikan range 192.168.0.0 –
192.168.255.255). Ingat kelas B berarti 16 bit pertama menjadi NetID yang dalam
satu jaringan tidak berubah (dalam hal ini adalah 192.168) dan bit selanjutya
sebagai Host ID (yang merupakan nomor komputer yang terhubung ke dan setiap
komputer mempunyai no unik mulai dari 0.0 – 255.255). Jadi
netmasknya/subnetmasknya adalah 255.255.0.0
Kita dapat membagi alokasi
jaringan diatas menjadi jaringan yang kebih kecil dengan cara mengubha subnet
yang ada.
Ada dua pendekatan dalam
melakukan pembentukan subnet yaitu :
1. Berdasarkan jumlah jaringan
yang akan dibentuk
2. Berdasarkan jumlah host yang
dibentuk dalam jaringan.
Cara perhitungan subnet
berdasarkan jumlah jaringan yang dibutuhkan :
1. Menentukan jumlah jaringan
yang dibutuhkan dan merubahnya menjadi biner.
Misalkan kita ingin membuat 255
jaringan kecil dari nomor jaringan yang sudah ditentukan. 255 à 11111111
2. Menghitung jumlah bit dari
nomor 1. Dan jumlah bit inilah yang disebut sebagai subnetID
Dari 255 à 11111111 à jumlah bitnya adalah 8
3. Jumlah bit hostID baru adalah
HosiID lama dikurangi jumlah bit nomor 2.
Misal dari contoh diatas
hostIDbaru: 16 bit – 8 bit = 8 bit.
4. Isi subnetID dengan 1 dan
jumlahkan dengan NetIDLama.
Jadi NetID baru kita adalah
NetIDlama + SubNetID :
à
11111111.11111111.11111111.00000000 (24 bit bernilai 1 biasa ditulis /24)
Berkat perhitungan di atas maka
kita mempunyai 256 jaringan baru yaitu :
192.168.0.xxx, 192.168.1.xxx,
192.168.2.xxx, 192.168.3.xxx hingga 192.168.255.xxx dengan netmash
255.255.255.0.
xxx à menunjukkan hostID antara 0-255
Biasa ditulis dengan 192.168.0/24
à 192.168.0
menunjukkan NetID dan 24 menunjukkan subnetmask (jumlah bit yang bernilai 1 di
subnetmask).
Dengan teknik ini kita bisa
mengalokasikan IP address kelas B menjadi sekian banyak jaringan yang berukuran
sama.
Cara perhitungan subnet berdasarkan jumlah host adalah sebagai berikut :
1. Ubah IP dan netmask menjadi
biner
IP : 192.168.1.0 à
11000000.10101000.00000000.00000000
Netmask : 255.255.255.0 à 11111111.11111111.
11111111.00000000
Panjang hostID kita adalah yang
netmasknya semua 0 à 16 bit.
2. Memilih jumlah host terbanyak
dalam suatu jaringan dan rubah menjadi biner.
Misal dalam jaringan kita
membutuhkan host 25 maka menjadi 11001.
3. Hitung jumlah bit yang
dibutuhkan angka biner pada nomor 1. Dan angka inilah nanti sebagai jumlah host
dalam jaringan kita.
Jumlah host 25 menjadi biner
11001 dan jumlah bitnya adalah 5.
4. Rubah netmask jaringan kita
dengan cara menyisakan angka 0 sebanyak jumlah perhitungan nomor 3.
Jadi netmasknya baru adalah
11111111.11111111.11111111.11100000
Identik dengan 255.255.255.224
jika didesimalkan.
Jadi netmask jaringan berubah dan
yang awalnya hanya satu jaringan dengan range IP dari 1 -254 menjadi 8
jaringan, dengan setiap jaringan ada 30 host/komputer
Alokasi Range IP
1 192.168.1.0 – 192.168.1.31
2 192.168.1.32 – 192.168.1.63
3 192.168.1.64 – 192.168.1.95
4 192.168.1.96 – 192.168.1.127
5 192.168.1.128 – 192.168.1.159
6 192.168.1.160 – 192.168.1.191
7 192.168.1.192 – 192.168.1.223
8 192.168.1.224 – 192.168.1.255
Nomor IP awal dan akhir setiap subnet
tidak bisa dipakai. Awal dipakai ID Jaringan (NetID) dan akhir sebagai
broadcast.
Misal jaringan A 192.168.1.0
sebagai NetID dan 192.168.1.31 sebagai broadcast dan range IP yang bisa dipakai
192.168.1.1-192.168.1.30.
IP ADDRESS
Agar unik setiap computer yang terkoneksi ke Internet diberi alamat yang
berbeda. Alamat ini supaya seragam seluruh dunia maka pemberian alamat IP
address diseluruh dunia diberikan oleh badan internasional Internet Assigned
Number Authority (IANA), dimana IANA hanya memberikan IP address Network ID nya
saja sedangkan host ID diatur oleh pemilik IP address tersebut.
Contoh IP address untuk cisco.com adalah 202.93.35.9 untuk
www.ilkom.unsri.ac.id dengan IP nya 202.39.35.9
Alamat yang unik terdiri dari 32
bit yang dibagi dalam 4 oktet (8 bit)
00000000 . 00000000 . 00000000 .
00000000
o 1 o 2 o 3 o 4
Ip address dibagi menjadi 2
bagian yaitu Network ID dan Host ID,
Network ID yang akan menentukan
alamat dalam jaringan (network address), sedangkan Host ID menentukan alamat
dari peralatan jaringan yang sifatnya unik untuk membedakan antara satu mesin
dengan mesin lainnya.
Ibaratkan Network ID Nomor jalan
dan alamat jalan sedangkan Host ID adalah nomor rumahnya
IP address dibagi menjadi kelas
yaitu ;
Kelas yang umum digunakan adalah
kelas A sampai dengan kelas C.
Pada setiap kelas angka pertama
dengan angka terakhir tidak dianjurkan untuk digunakan karena sebagai valid
host id, misalnya kelas A 0 dan 127, kelas B 128 dan 192, kelas C 191 dan 224.
ini biasanya digunakan untuk loopback addresss.
Catatan :
• alamat Network ID dan Host ID
tidak boleh semuanya 0 atau 1 karena jika semuanya angka biner 1 :
255.255.255.255 maka alamat tersebut disebut floaded broadcast
• alamat network, digunakan dalam
routing untuk menunjukkan pengiriman paket remote network, contohnya 10.0.0.0,
172.16.0.0 dan 192.168.10.0
Dari gambar dibawah ini
perhatikan kelas A menyediakan jumlah network yang paling sediikit namun
menyediakan host id yang paling banyak dikarenakan hanya oktat pertama yang
digunakan untuk alamat network bandingkan dengan kelas B dan C.
Untuk mempermudah dalam
menentukan kelas mana IP yang kita lihat, perhatikan gambar dibawah ini. Pada
saat kita menganalisa suatu alamat IP maka perhatikan octet 8 bit pertamanya.
Pada kelas A : 8 oktet pertama
adalah alamat networknya, sedangkan sisanya 24 bits merupakan alamat untuk host
yang bisa digunakan.
Jadi admin dapat membuat banyak
sekali alamat untuk hostnya, dengan memperhatikan
2 24 – 2 = 16.777.214 host
N ; jumlah bit terakhir dari
kelas A
(2) adalah alamat loopback
Pada kelas B : menggunakan 16 bit
pertama untuk mengidentifikasikan network sebagai bagian dari address. Dua
octet sisanya (16 bits) digunakan untuk alamat host
2 16 – 2 = 65.534
Pada kelas C : menggunakan 24 bit
pertama untuk network dan 8 bits sisanya untuk alamat host.
Nomor IP terdiri dari 32 bit yang
didalamnya terdapat bit untuk NETWORK ID (NetID) dan HOST ID (HostID). Secara
garis besar berikut inilah pembagian kelas IP secara default
Langganan:
Postingan (Atom)